Batu Bara– Upaya meningkatkan produktivitas komoditas hortikultura unggulan Kabupaten Batu Bara mencatat langkah penting melalui peny1qampaian laporan kegiatan pengembangan cabai keriting, hasil kerja sama penelitian antara Dinas Pertanian dan Perkebunan Batu Bara dengan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB). Acara yang diadakan di Aula Rumah Dinas Bupati Batu Bara dihadiri langsung oleh Bupati Batu Bara H. Baharuddin Siagian, S.H., M.Si., yang menandai perhatian tinggi pemerintah daerah terhadap pengembangan sektor pertanian yang berkelanjutan. Selasa (9/12/2025).
Kegiatan yang dihadiri juga oleh perwakilan Dinas Pertanian, petani perwakilan, dan akademisi dari IPB, menjadi ajang untuk memaparkan berbagai capaian penelitian yang telah dilakukan selama beberapa bulan terakhir. Tim peneliti yang dipimpin oleh Prof. Sukur dari IPB menyampaikan laporan secara rinci, mulai dari tahap uji varietas cabai keriting, analisis kesesuaian lahan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), hingga strategi peningkatan kualitas panen yang dapat diterapkan secara luas oleh petani di Batu Bara.
"Kami sangat bangga dapat memaparkan hasil kerja sama ini kepada Bapak Bupati dan seluruh pihak terkait. Cabai keriting adalah komoditas unggulan yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan pendapatan petani dan perekonomian daerah. Melalui penelitian ini, kami berusaha menemukan solusi teknis yang praktis, efisien, dan dapat diterapkan oleh petani di lapangan," ujar Prof. Sukur dalam pembukaan laporan.
Salah satu temuan penting yang disampaikan tim peneliti adalah rekomendasi penerapan metode tanam serentak di tingkat petani. Menurut analisis tim IPB, metode ini dinilai sangat efektif dalam mengurangi maraknya hama dan penyakit pada tanaman cabai keriting. "Tanam serentak mampu memutus siklus hidup OPT, sehingga hama tidak dapat berkembang biak dengan cepat karena semua tanaman berada pada tahap pertumbuhan yang sama. Hal ini membuat produksi cabai lebih terjaga dan stabil, bahkan di musim yang cenderung rentan terhadap serangan hama," jelas Prof. Sukur.
Selain itu, tim peneliti juga telah melakukan uji terhadap berbagai varietas cabai keriting untuk menemukan yang paling cocok dengan kondisi agroklimat Kabupaten Batu Bara. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat tiga varietas yang memiliki daya adaptasi tinggi, ketahanan terhadap hama, dan hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan varietas yang biasa ditanam petani. "Kita telah menguji lebih dari 10 varietas, dan akhirnya menemukan tiga yang paling sesuai dengan tanah dan iklim di sini. Varietas ini dapat menghasilkan panen hingga 30% lebih banyak dibandingkan varietas lama, dengan kualitas yang lebih baik dan harga jual yang lebih tinggi di pasar," terang salah satu anggota tim peneliti.
Untuk mengatasi masalah OPT yang sering menghambat produksi, tim IPB juga merekomendasikan penerapan strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Metode ini menggabungkan pengendalian hayati, budidaya, dan kimia yang selektif, sehingga tidak hanya efektif melawan hama tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan. "Kita tidak menyarankan penggunaan pestisida secara berlebihan, karena itu akan merusak ekosistem dan menurunkan kualitas tanah. Dengan PHT, kita menggunakan musuh alami hama, teknik budidaya yang tepat, dan hanya menggunakan pestisida ketika benar-benar diperlukan," jelas Prof. Sukur.
Lain halnya, tim peneliti juga menekankan pentingnya penerapan pola tanam tumpang hilir sebagai solusi untuk meningkatkan efisiensi lahan dan pendapatan petani. Pola ini memungkinkan petani menanam cabai keriting bersamaan atau setelah tanaman lain seperti kacang hijau, jagung, atau sayuran daun. "Pola tanam tumpang hilir tidak hanya membantu menekan risiko serangan hama karena tanaman inang yang berbeda, tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah dan memberikan pendapatan tambahan melalui diversifikasi hasil panen. Misalnya, setelah panen cabai, petani dapat menanam kacang hijau yang siap panen dalam waktu singkat," jelaskan anggota tim.
Selama acara, Bupati Batu Bara H. Baharuddin Siagian menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap kerja sama antara Dinas Pertanian dan IPB. Menurutnya, hasil penelitian ini merupakan langkah penting untuk mewujudkan pertanian yang modern, produktif, dan berkelanjutan di Batu Bara. "Kami sangat menghargai upaya dari IPB dan Dinas Pertanian yang telah bekerja keras untuk mengembangkan cabai keriting kita. Komoditas ini adalah salah satu andalan kita, dan dengan penerapan teknologi dan strategi yang tepat, kita yakin dapat meningkatkan pendapatan petani dan membuat Batu Bara menjadi sentra produksi cabai keriting yang handal di Sumatera Utara," ujar Bupati Baharuddin.
Kegiatan ditutup dengan sesi diskusi yang intens antara pemerintah daerah, Dinas Pertanian, dan tim IPB untuk membahas langkah tindak lanjut serta rencana implementasi rekomendasi penelitian. Para pihak sepakat untuk melakukan uji coba skala kecil pada lahan petani perwakilan terlebih dahulu, diikuti dengan sosialisasi dan pendampingan teknis kepada seluruh petani cabai keriting di Kabupaten Batu Bara. Rencana juga dibuat untuk mempersiapkan dana dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menerapkan strategi baru tersebut secara luas.
"Kita tidak akan berhenti hanya pada laporan ini. Langkah selanjutnya adalah menerapkannya di lapangan. Dinas Pertanian akan segera menyusun rencana pelaksanaan, mulai dari uji coba, sosialisasi, hingga pendampingan. Kami juga mengharapkan dukungan dari semua pihak, terutama petani, untuk menerima dan menerapkan teknologi baru ini," tegas Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Batu Bara.
Harapannya, dengan penerapan rekomendasi penelitian dari IPB, produktivitas cabai keriting di Batu Bara akan meningkat signifikan, pendapatan petani akan tumbuh, dan komoditas ini akan semakin berkembang menjadi andalan ekonomi daerah yang berkelanjutan.
(Khang's)

