![]() |
| Petani Batubara Merana, GP3A Mohon Presiden Prabowo Selamatkan Sawah dari Kekeringan. |
Batubara, Sumatera Utara – Bendungan Irigasi Perkotaan di Desa Tanjung Muda, Kecamatan Airputih, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, mengalami masalah serius yang mengancam ribuan hektar sawah. Akibat pendangkalan sungai yang parah, bendungan ini tidak mampu lagi mengairi sekitar 6.800 hektar lahan pertanian yang tersebar di 13 desa di tiga kecamatan: Airputih, Seisuka, dan Medang Deras.
Menurut Rusman Nainggolan, Ketua GP3A Bendungan Perkotaan Desa Tanjung Muda, sekitar 50% dari total lahan persawahan terancam gagal tanam pada Pola Musim Tanam 2025, baik untuk musim tanam pertama maupun kedua. "Bendungan Irigasi perkotaan Desa Tanjung Muda tidak mampu mengairi persawahan disebabkan tingginya sendimen pasir sungai Tanjung dan Sungai pare-pare, sehingga air tidak mampu menembus," ujarnya pada Selasa (11/11/2025).
Kondisi ini sangat memprihatinkan karena petani sangat bergantung pada air irigasi untuk keberlangsungan pertanian mereka. Rusman menambahkan bahwa masalah sedimentasi ini telah berulang kali diusulkan untuk dinormalisasi sejak tahun lalu, namun belum ada tindakan nyata dari pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) II Sumatera Utara.
"Kami selalu berkoordinasi dengan pihak BWS II, namun mereka tidak mampu memberikan kepastian kapan Sungai Tanjung dan Sungai pare-pare dapat dinormalisasi. Jawabannya hanya sabar, masih dalam proses," keluhnya. Bahkan, Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, telah mengunjungi bendungan dan sungai tersebut pada Juni 2025, namun hingga kini belum ada realisasi perbaikan.
GP3A bersama kelompok P3A dari 13 desa telah berupaya mengatasi masalah ini dengan mengumpulkan dana untuk menyewa alat berat excavator dari Dinas PUTR Batubara. Mereka mencoba mengangkat sedimen di sekitar bendungan, tetapi hasilnya tidak maksimal. Kemudian, mereka melanjutkan dengan menanam cerocok bambu dan batang kelapa di Sungai Bahbolon sebagai penahan air, namun upaya ini juga belum membuahkan hasil yang diharapkan.
Menghadapi Pola Musim Tanam tahap II, para petani kembali bergotong royong memasang cerocok. "Mudah-mudahan dengan lebih panjang cerocok yang kami pasang dan tanamkan di Sungai Bahbolon akan lebih luas panjang dapat menahan air lebih deras, dan air menekan membelok ke bendungan, berharap air deras mengalir dan petani dapat bercocok tanam," jelas Rusman.
Dengan nada penuh harap, Rusman mengatakan bahwa semua upaya ini dilakukan semata-mata untuk memperjuangkan para petani agar dapat terus bercocok tanam padi. "Karena usaha pertanian inilah sumber kehidupan kami untuk menutupi kebutuhan keluarga dan biaya anak-anak sekolah," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Rusman menambahkan bahwa hasil panen sebelumnya sangat memprihatinkan, dengan hasil hanya sekitar 1 goni per rante, atau paling banyak 1,5 goni per rante, akibat kekurangan air.
Oleh karena itu, Rusman memohon kepada Presiden Prabowo Subianto untuk segera turun tangan menormalisasi Sungai Tanjung dan Sungai pare-pare. "Kami para petani berharap bagaimana agar dapat bercocok tanam padi. Karena pertanian sumber pendapatan untuk menopang kehidupan keluarga, dan biaya anak sekolah," pintanya.
"Sudah bertahun dan beberapa kali surat permohonan normalisasi sungai kami kirim ke BWS II Sumut, dan surat ditanda tangani camat dan distempel, namun sampai hari ini belum ada tanda-tanda akan pelaksanaan normalisasi sungai. Sekali lagi kami mohon kepada Pak Prabowo," pungkas Rusman.
(Khang's)

