Jika pertanyaan datang kepada kita, tentang apa itu IMAN? hampir secara umum jawabannya iman adalah percaya. Karena arti dari kata iman ini sudah berjalan terus menerus dan turun temurun sepertinya menempatkan arti iman adalah percaya sudah baku, sehingga tak sering untuk digali lebih dalam pengertian iman tersebut. Namun bukanlah sesuatu yang dilarang bagi kita untuk mengetahui kebenaran dari pengertian Iman ini.
Iman secara etimologi (bahasa) bersumber dari kata kerja tiga huruf pokok tambahan satu huruf yaitu: “AAMANA - YU’MINUU - IIMAANAN” yang didasari oleh tiga huruf pokoknya “AMANA, AMINA, AMUNA“ artinya adalah percaya, tenang, teguh. Maka berdasarkan rujukan dari sisi etimologi pengertian iman adalah percaya.
Untuk perbandingan kita perlu meninjau dari bagian pengajuan yang lainnya. Yakni secara Terminologi (istilah) Untuk mengetahui makna dari suatu peristilahan tentunya harus dikembalikan kepada asal\-muasal kata itu dikeluarkan, arena kata Iman ini diutarakan melalui Al-Qur’an yang kita Yakini adalah “Kalamullah” dan selanjutnya dirisalahkan oleh Nabi Muhammad saw, maka yang diutarakan Nabi Muhammad (hadits) menjadi satu paket yang tak terpisahkan. Berdasarkan hadits Rasulullah saw menjelaskan: “Al-Iiman ‘Aqdun bil qalbi, wa iqrarun bil Lisani, wa’amalun bil Arkani”, : Iman ialah: ikatan (tambatan) hati yakni yang ditegaskan melalui ucapan, yakni yang dilakukan melaui tindakan. Dengan demikian maka berdasarkan terminologi yang diutarakan melalui hadits Rasulullah ini terlihat dengan jelas bahwa ada tiga aspek yang memenuhi ruang lingkup iman yaitu aspek hati, aspek ucapan dan aspek tindakan. Maka akan menjadi paripurnanya iman itu dengan terpenuhi tiga aspek ini.
Untuk memperingkas dalam rangka pendekatan pemahaman kita, maka ketiga aspek ini dapat disimpulkan dengan bahasa yang sederhana dengan ketentuan bahwa adanya iman digunakan untuk manusia menjalani hidup. Aspek hati dan ucapan adalah pandangan hidup dan aspek tindakan adalah sikap hidup atau lebih sederhana lagi iman adalah pandangan dan sikap hidup.
Firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 165:
“Wa minan-nâsi may yattakhidzu min dûnillâhi andâday yuḫibbûnahum kaḫubbillâh, walladzîna âmanû asyaddu ḫubbal lillâhi”
Sebahagian manusia ada yang memperlakukan (sesuatu ajaran) selain Allah (Ajaran-Nya) sebagai pembina hidupnya (tandingan) yang mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang benar-benar beriman sangat kuat kecintaanya mereka terhadap Allah (ajaran-Nya).
Oleh sebab itu, maka istilah Iman ialah pandangan dan sikap hidup sama dengan “ Sangat rindu untuk hidup “ atau “ dipuncak kerinduan “ atau “dilambung cinta untuk hidup dengan ajaran Allah
Demikianlah konsekuensinya jikalau kata kerja “aamana-yukminu-mukminun” pembentukan bentuk katanya adalah alternative dari kata benda (isim) yaitu menurut hadits yang kita ajukan diatas.
Dan hal ini akan bertolak belakang dengan alternatif pembentukan dari kata kerja tiga huruf pokok. Konsekuensi yang lebih jauh, untuk melogiskan “Iman artinya percaya”
sejalan dengan hal dimana iman berarti percaya maka konsekwensinya “hudan lil muttaqien” (pedoman hidup bagi yang mau bertakwa) hampir tidak fungsional dalam kenyataan hidup ini. Namun demikian apa sebenarnya isi, kandungan, atau nilai yang ada didalam iman itu? Bagaimana pula kita memperolehnya? Sedangkan Iman bukanlah sesuatu yang diwariskan. Semoga Allah masih memperetemukan kita. Aamiin.
Penulis: Mujaddun, S. Pdi