Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa cuaca hujan ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara pada 24–25 November 2025, dipicu oleh pengaruh badai tropis atau Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B yang terbentuk di sekitar perairan Indonesia.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa dua sistem cuaca signifikan ini meningkatkan pertumbuhan awan konvektif serta memicu hujan lebat dan angin kencang di wilayah Sumatera bagian utara, yang berujung pada bencana banjir dan longsor dengan dampak signifikan.
"Kombinasi antara Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B menciptakan kondisi cuaca yang sangat ekstrem di Sumatera Utara. Pertumbuhan awan konvektif yang intens menyebabkan curah hujan tinggi dan angin kencang yang merusak," ujar Abdul Muhari dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu (26/11/2025).
Menurut laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Bibit Siklon 95B di Selat Malaka mempengaruhi pembentukan awan konvektif luas dari Aceh hingga Sumatera Utara. Sementara itu, Siklon Tropis KOTO di Laut Sulu memperkuat hujan melalui pola belokan angin dan penarikan massa udara basah ke pusat siklon.
Abdul menjelaskan bahwa empat kabupaten di Sumatera Utara, yakni Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan, mengalami dampak cuaca ekstrem secara beruntun. Dampak sementara yang dilaporkan meliputi delapan warga meninggal dunia, ratusan lainnya luka-luka, serta kerusakan infrastruktur yang masif.
"Kami sangat prihatin dengan dampak yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem ini. Prioritas utama kami saat ini adalah menyelamatkan nyawa dan memberikan bantuan kepada para korban," tambahnya.
BNPB memastikan bahwa ratusan personel tim petugas gabungan telah dikerahkan ke lokasi bencana untuk melakukan penanganan tanggap darurat, termasuk evakuasi warga dan menyiapkan tempat pengungsian. Tim gabungan ini terdiri dari berbagai unsur, termasuk TNI, Polri, Basarnas, BPBD, dan relawan.
"Kami telah mengaktifkan seluruh sumber daya yang tersedia untuk merespon situasi darurat ini. Tim gabungan bekerja tanpa henti untuk mengevakuasi warga, memberikan pertolongan medis, dan mendistribusikan bantuan logistik," jelas Abdul.
Masyarakat diharapkan dapat mengikuti instruksi petugas di lapangan demi mengurangi risiko korban jiwa dan kerusakan yang lebih besar. Abdul juga mengingatkan bahwa potensi cuaca hujan ekstrem masih ada dalam 24 jam ke depan.
"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari petugas di lapangan. Hindari daerah-daerah yang rawan banjir dan longsor, serta segera mengungsi jika diperintahkan," tegasnya.
BNPB terus memonitor perkembangan situasi di wilayah Tapanuli Raya dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk percepatan penanganan darurat di kawasan yang terdampak paling parah. Upaya pemulihan infrastruktur juga menjadi fokus utama dalam penanganan pasca-bencana ini.
"Kami akan terus bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan bahwa semua kebutuhan dasar para korban terpenuhi dan proses pemulihan dapat berjalan secepat mungkin," tutup Abdul.
Dengan adanya informasi yang jelas dan tindakan yang cepat, diharapkan dampak dari bencana ini dapat diminimalkan dan masyarakat dapat segera kembali beraktivitas.
(Red)

