![]() |
Aksi Tunggal Pria Bertopeng Gegerkan Inalum, Tuntut Pesangon Buruh yang Terkatung-katung. |
Kuala Tanjung, Batubara - Aksi unjuk rasa tunggal yang dilakukan seorang pria bertopeng di depan Gedung PT Inalum, Kuala Tanjung, Batubara, Kamis (16/10/2025), menarik perhatian publik. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal tanpa pesangon yang dialami ratusan buruh oleh PT. Dinamika Mandiri Karya (DMK)/Koperasi Karyawan Inalum (Kokalum) sejak tahun 2020.
Dengan mengenakan kostum ala Salvador Dali, pria yang menamakan dirinya sebagai bagian dari "Rakyat Pro-Demokrasi" ini lantang menyuarakan tuntutannya. Menggunakan pengeras suara, ia meminta Direktur PT Inalum, Melati Sarnita, untuk bertanggung jawab atas tindakan anak buahnya yang dianggap telah menzalimi para buruh.
"Kesewenangan yang terjadi di organ Inalum haram diabaikan. Jangan jadikan perusahaan plat merah milik rakyat ini tempat memelihara karyawan bengis," teriaknya dengan lantang.
Aksi simbolik juga dilakukan dengan membakar bendera Inalum sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang dirasakan. Selain itu, ia juga membagikan lembaran pernyataan sikap kepada masyarakat sekitar dan membentangkan spanduk bertuliskan "Inalum Gak Berakhlak". Poster-poster dengan beragam tulisan seperti "Pemeras Keringat Buruh," "PHK tanpa pesangon butuh tumbal PT.DMK Kokalum PT Inalum," dan "Melati Sarnita Jangan Diam! Stop Lindungi Karyawan Bengis" turut meramaikan aksi tersebut.
Aktivis tersebut mempertanyakan sikap diam Direktur Inalum, Melati Sarnita, atas penderitaan buruh yang diakibatkan oleh kebijakan anak buahnya. Ia juga menyoroti pemberian "karpet merah" kepada pelaku tragedi PHK dengan mendudukkan mereka di jabatan strategis di Inalum.
"Direktur Inalum Melati Sarnita, sebagai penyelenggara negara. Sampai kapan engkau terus diam atas penderitaan buruh akibat ulah anak buahmu. Kenapa pelaku tragedi PHK engkau beri karpet merah? duduki jabatan strategis di Inalum," tegasnya.
PT.DMK/Kokalum, yang disebut sebagai vendor raksasa yang didirikan oleh karyawan Inalum, menjadi sorotan dalam aksi ini. Aktivis tersebut mengungkapkan adanya konflik kepentingan karena jabatan strategis di PT DMK/Kokalum diduduki oleh para petinggi Inalum.
"Artinya selama ini terjadi konflik of interest, mereka menduduki jabatan ganda. Satu sisi menjabat departemen di Inalum, kemudian juga menjabat direktur dan komisaris di PT DMK maupun Kokalum," jelasnya.
Dengan dalih bangkrut, PT DMK/Kokalum secara sepihak membubarkan perusahaan dan meninggalkan nasib ratusan buruh tanpa kejelasan. Ironisnya, para petinggi yang bertanggung jawab atas PHK tersebut kembali menduduki jabatan strategis di Inalum.
Aksi yang berlangsung selama satu jam ini diakhiri dengan janji bahwa aksi serupa akan terus dilakukan hingga hak-hak buruh yang terkatung-katung dapat diselesaikan.
(Khang's)

