BADAR.CO.ID

Tausyiah Jum'at: IMAN BERKAITAN DENGAN AJARAN

Badar

IMAN BERKAITAN DENGAN AJARAN

Perkataan Iman itidak akan menjadi sempurna, atau belum bernilai dan berharga kecuali jika dihubungkan dengan sesuatu yang lain. Artinya “nilai dan harga Iman” ditentukan oleh sesuatu yang lain daripadanya.

Sesuai dengan Firman Allah Q.S Al-Baqarah: 4

Wal ladziina yu'minuuna bi maa unzi-la ilaika wa maa unzila min qablika wa bil aakhirati hum yuuqinuun.

“dan mereka (mutaqien) beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”.

Surat Al-Baqarah Ayat 2-3 menjelaskan tentang ciri seorang muttaqin pada ayat ke 4 juga masih dalam konteks yang sama, bahwa yang disebut dengan muttaqin yaitu yang beriman (berpandangan dan bersikap hidup) dengan apa yang telah diturunkan Allah (Al-Qur’an) kepada nabi Muhammad sebagai pedoman hidup secara umum dan pedoman bagi muttaqin secara khusus bernilai sama dengan apa yang telah diturunkan kepada rasul-rasul sebelumnya, bahwa mereka meyakini dengan semua yang ter-maktub di dalam Al-Qur’an itu akan menghantar dan mewujud pada tujuan terakhir yakni hasanah (hidup Indah) di dunia dan di akhiirat”.

Dengan pembuktian ayat ini menjadi jelas bahwa “nilai” dan “harga” dari perkataan Iman ditentukan oleh “yang telah diturunkan Allah yakni pedoman hidup, tuntunan hidup dan atau ajaran-Nya (al-Qur’an) Namun demikian Al-Qur’an memberi “nilai dan harga” ini tidak hanya dengan Al-Qur’an saja, tetapi bahkan dengan sembarang ajaran atau selain ajaran Allah (Al-Qur’an)

Firman Allah Q.S Al an-kabut: 52

Qul kafaa billaahi bainii wa bainakum syahiiday ya'lamu maa fis samaawaati wal ardhi wal ladziina aamanuu bil baa-thili wa kafaruu billaahi ulaa-ika humul khaasiruun

…Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi (Q.S Al-ankabut:52)

Pada ayat ini Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk menegaskan melalui perkataanya bahwa “cukup Allah dengan apa yang diturunkannya (AL-Qur’an) menjadi pemberi kesaksian (pembuktian) antara aku (Nabi Muhammad) dan kalian (orang-orang yang tidak mau mengikuti ajaran Allah). Dia (Allah) yang telah memberi ilmu segala aktivitas di langit dan kehidupan di bumi (organis, biologis dan budaya). Dan mereka yang tidak mau mengikuti ajaran Allah sejatinya telah beriman (berpandangan dan bersikap hidup) dengan ajaran bathil yakni bersikap menutup diri atau negative dari kebenaran ajaran Allah, keniscayaan bagi mereka yang berlaku negative terhadap ajaran Allah adalah kehidupan yang merugi/bangkrut dengan konsekwensi logisnya berlaku sebagai perusak kehidupan ini dimanapun mereka berada.

Telah kita temukan bahwa ada dua Gambaran tentang sandaran kata iman yakni, Pandangan dan sikap hidup terhadap ajaran Allah dan Pandangan dan sikap hudup terhadap ajaran Bathil.

Dimaksud dengan ajaran Bathil adalah diterangkan oleh Firman Allah Q.S An-Nisaa: 51

A lam tara ilal ladziina uutuu nashii-bam minal kitaabi yu'minuuna bil jibti wa thaaghuuti wa yaquuluuna Hi ladziina kafaruu haa-ulaa-i ahdaa minal ladziina aamanuu sabiilaa.

…“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibti dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir, bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman” (An-Nisaa: 51)

Allah mempertegas dengan memulai kalimat pertanyaan namun objek yang diceritakan sebenarnya sudah diketahui atau sudah berwujud secara fakta dalam pentas sejarah. Tidakkah kalian memperhatikan dengan apa yang telah dibuktikan Allah melalui perjalanan sejarah terhadap mereka yang mendapat bahagian (porsi) kehidupan yang buruk dari para ahli kitab? Mereka itu telah beriman (berpandangan dan bersikap hidup) dengan ajaran Jibti dan Thaghut. Mereka yang berpandangan dan bersikap hidup terhadap ajaran jibti dan thaghut itu mengatakan bahwa dibandingkan dengan orang yang berpandangan dan bersikap hidup terhadap ajaran Allah sebenarnya mereka memiliki tatanan dan sistem kehidupan yang lebih baik. Padahal dari pembuktian sejarah perwujudan ajaran bathil dengan Jibti dan thaghutnya justru merugi, sebagai perusak tatanan kehidupan yang seimbang dari ajaran Allah.

Selanjutnya, Firman Allah Q.S An-Nisa 52

Ulaa-ikal ladziina la'anahumullaahu wa-may yal'anillaahu falan tajida lahuu nashiiraa.

…“Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh pertolongan” (Q. An-Nisaa: 52)

Konsekwensi atas pilihan hidup mereka yakni orang-orang yang telah berpandangan dan bersikap terhadap ajaran Bathil dengan dua model ajaran yakni jibti dan thaghut maka dilaknat (dikutuk) oleh Allah melalui pembuktian kehidupan yang rusak dan hancur, Sehingga bagi siapapun yang telah ditimpakan laknat oleh Allah niscaya tidak akan ada yang mampu menolongnya keluar dari nestafa kutukan itu.

Spesifikasi ajaran Bathil adalah Jibti dan thaghut. Sekilas penjelasan tentang 2 bentuk ajaran ini adalah, dimaksud dengan jibti yakni semodel ajaran “dukun jinun, klenik, tahayul” atau dengan bahasa kekinian disebut dengan Idealisme, sedangkan thagut adalah semodel ajaran sihir yang sifatnya fatamorgana yang menipu mata atau pandangan atau juga pikiran, dalam Bahasa kekinian disebut dengan naturalisme.

Firman Allah Q.S. Al-Baqarah 257)

Allaahu waliyyul ladziina aamanuu yukhrijuhum minazh zhulumaati ilan nuuri wal ladziina kafaruu auliyaa-uhu-muth thaaghuutu yukhrijuunahum mi-nan nuuri ilazh zhulumaati

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). (Q.S. Al-Baqarah 257)

Bahwa Allah dengan pedoman hidup yang diturunkannya sebagai ajaran adalah pelindung/pemimpin bagi mereka yang hidup berpandangan dan bersikap sesuai dengan Ajaran dari Allah, yang mengeluarkan atau membebaskan mereka dari kehidupan kegelapan (kebodohan, kesesatan, Jahiliyah) menuju kehidupan yang terang benderang (ilmiyah). Sebaliknya mereka yang, telah memilih bersikap negatif terhadap ajaran Allah, maka pemimpin-pemimpin mereka itu adalah thagut (ajaran setan), yang memutar balik mereka dari kehidupan terang benderang (ilmiyah) menuju kehidupan kegelapan (kebodohan, kesesatan, jahiliyah).

Dari pembuktian-pembuktian diatas dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an ms Rasul memberikan “nilai” dan “harga” kepada perkataan “Iman” menjadi dua golongan, yaitu “nilai dan harga” Nur yakni ajaran Allah (Allah sebagai pemimpin atau pembimbingnya) sejalan dengan sunnah rasul atau “nilai dan harga” dzulumat dengan setan sebagai pemimpinnya atau pembimbing hidupnya

untuk mempertegas konsekwensi dari masing-masing ajaran ditegaskan Allah Q.S Al-Isra ayat 9-10.

9. Inna haadzal qur-aana yahdii lil latii hiya aqwamu wa yubasysyirul mu'minimal ladziina ya'maluunash shaalihaati anna lahum ajran kabiira.

…”Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia yang telah dicontohkan atau diwujudkan melalui rasul-Nya benar-benar memberi pedoman kearah satu kehidupan lurus (sangat tangguh) yaitu menghamparkan satu kehidupan gembira untuk mukmin yang berbuat tepat menurut pedoman hidup itu, puncak kehidupan bagi mereka yang mau mengambilnya menjadi terapan hidup Allah berikan imbalan dengan mewujudnya kehidupan yang sangat agung tiada tara”.

10. Wa annal ladziina laa yu'minuuna bil aakhirati a'tadnaa lahum 'adzaaban aliimaa.

…”dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih”. (Q.S Al-Israa: 10)

Bagi yang tidak mau hidup berpandangan dan bersikap menurut yang demikian (ajaran Allah) guna mencapai tujuan akhir (hasanah didunia dan akhirat) niscaya Kami (Allah) atas mereka yang demikian yakni dengan alternatif yang mereka tentukan atas pilihan dzulumat, akan menimpakan wujud kehidupan azab dan pedih tiada terhingga.

Dengan demikian arti dari “nilai Iman” ditekankan kepada Ilmu atau ajaran, seperti Ilmu dan ajaran Allah yakni al-Qur’an yang mampu membangun pendukungnya kedalam posisi yang dijanjikan yaitu “hasanah di dunia dan di akhirat”. Sebaliknya Ilmu dan ajaran-ajaran bathil menjerumuskan pendukungnya kedalam kehidupan jahat yang merugi danmerusak kehidupan.

Sedangkan “harga Iman” ditekankan kepada yang mau ikut dan mendukung dengan yang diturunkan Allah kepada rasulnya, yaitu jumlah yang telah mereka korbankan dari seluruh hidupnya hingga mencapai mukmin, atau “menurut sunnah syayathin”, yaitu jumlah yang telah dikorbankan oleh pendukung dzulumat menjadi dzalim yakni pengrusakan diri dan kehancuran materi dalam kehancuran segenap kehidupan.

Wallahu a’lam bis showaf

Oleh: Pemuda Relegius Batu Bara

SPONSOR
Lebih baru Lebih lama